Sunday 27 November 2016

Hari Ini Adalah Sejarah

Sebagai warga Indonesia yang peduli akan negeri ini maka saya rasa bahwa hampir semua warga Indonesia pernah dengar ungkapan bangsa yang besar adalah yang menghargai para pahlawan. Dalam kata lain mungkin juga pernah didengar istilah jasmerah yang berhati jangan sekali-kali merupakan sejarah. Kata tersebut barangkali merupakan kalimat yang benar-benar terpatri dalam dada setiap generasi muda. jasmerah. Setiap sejarah harus dikenang, sekalipun kenangan mantan.
Berbicara soal sejarah maka kita akan bicara soal masa lalu. Saya tergolong orang yang suka membaca tulisan-tulisan tentang sejarah, utamanya soal kepahlawanan atau hal-hal menginspirasi lainnya. Saya percaya, jika membaca sejarah merupakan salah satu hal yang mungkin mempengaruhi pola pikir saya terhadap banyak hal. Dengan membaca sejarah saya menyadari begitu banyak hal. Sejarah penaklukan Andalus misalnya. Setelah Thariq bin Ziyad sukses menaklukkan Andalus maka kita bisa tahu jika bagaimana toleransi yang ditunjukkan seperti umat kristen dan yahudi yang tetap diizinkan untuk mempertahankan rumah ibadah mereka serta mereka tidak akan dibunuh, ditawan, ataupun dipaksa dalam hal beragama. Beda dengan kejadian yang kita lihat terjadi di Rohingya saat ini. Apapun yang terjadi, kita harus menerima bahwa keadaan yang disebut-sebut sebagai Genosida di Rohingya adalah sebuah sejarah pahit soal kemanusiaan.

Beberapa sejarah juga mencatatkan sebuah tanda tanya. Seperti layaknya perang antara Palestina dan Israel yang terus berkecamuk. Jika kita membaca sejarah maka kita akan menemukan jika sebenarnya dewan perserikatan bangsa-bangsa memutuskan untuk membagi wilayah Palestina menjadi dua negara yaitu negara arab dan juga yahudi. Pembagian yang mungkin menimbulkan tanda tanya bagi saya pribadi apakah pantas warga yang berpopulasi sebesar 30% dari suatu negeri mendapatkan tanah sebesar 55%? Ini berarti 70% warga lainnya hanya akan mendapatkan bagian tanah sebesar 45%. Dalam hal ini mungkin logika berpikir saya yang masih belum sebanding sehingga tidak bisa menerima pembagian wilayah tersebut.
Palestina
Sejarah selalu mengajarkan kita mengenai banyak hal. Mengajari bukan menjalani. Lihatlah bagaimana sejarah G30SPKI mengajarkan kita yang hidup di zaman ini menjadi sangat khawatir dengan paham komunis yang pernah berupaya untuk menguasai negeri ini. Sejarah memang akan selalu menjadi guru terbaik. Dari situ kita bisa belajar dan menentukan langkah yang akan diambil. Sejarah juga selalu menyimpan tokoh yang dikenang. Dalam peristiwa G30SPKI kita bahkan bisa mengenal nama Irma Nasution, seorang adek kecil yang bahkan nyawanya harus menjadi korban dalam peristiwa kelam itu.

Saya meyakini jika hari ini adalah sejarah di masa depan. Kita harus berani membuka mata dan melihat secara fair mengenai kejadian-kejadian yang terjadi saat ini. Pembunuhan dengan kopi bersianida yang sepertinya masih agak rancu menurut saya pribadi, aksi bela islam yang disusupi provokator, bahkan Buni Yani yang dipidanakan gara-gara ikut mengshare video karena menghilangkan kata pakai. Padahal jika saya mengatakan "Indonesia itu warganya beragam suku bangsa jadi janganlah bersatu, jangan mau dibohongi pakai sila ketiga pancasila" maka saya sudah jelas akan dianggap sebagai penista pancasila, mau ada kata pakai ataupun tidak.

Sejujurnya saya lebih dulu melihat video pidato pak Basuki tersebut dari link yang dibagikan pak Basuki, akan tetapi saya tidak menemukan pihak pemprov yang mengupload juga dipidanakan. Padahal secara logika sederhana, orang "nakal" yang memutuskan memotong video tersebut menjadi 30 detik juga tidak berada di lokasi kejadian sehingga dia pasri menemukan video tersebut dari orang yang mengupload video tersebut pertama kali yang kemungkinan besar adalah si pembuat video.

Pertanyaan muncul: apakah logika berpikir saya terlalu berlebihan? Jika iya, izinkan saya tunjukkan fakta sejarah beberapa tahun silam. Ada yang mengenali Ariel vokalis yang dulu sempat masuk penjara? Ariel pernah dipidanakan karena dia merupakan pembuat video, bukan sebagai penyebar video. Jika si penyebar saja dihukum, tentunya si pembuat harus dihukum juga kan?
Hari ini adalah sejarah di esok hari. Saya berdoa agar semua yang terjadi hari ini dapat disikapi dengan baik sehingga masa depan akan mencatatnya sebagai sejarah manis, bukan sejarah kelam bangsa Indonesia. Sejarah adalah kejadian dimasa lalu untuk menjadi pembanding dalam pengambilan keputusan dimasa depan, bukan sebagai hal yang harus dijalani. Karena jika harus menjalani sejarah lagi saya tentunya tidak siap jika ada pembunuhan tengah malam seperti yang menimpa para pahlawan revolusi kita. Kemarin adalah sejarah yang sudah dilewati dan harus diambil pelajaran darinya agar kita bisa menentukan sikap hari ini demi masa depan yang lebih baik. Kalimat tersebut membuat saya serasa salah satu kandidat yang akan bertarung di pilkada 2017.

Semoga kehidupan besok kita semua akan menjadi lebih baik.

*Sumber gambar dapat dilihat dengan mengklik caption.
Share:

1 comment:

  1. sehebat apapun sejarah, pasti ada sedikit kebohongan di dalamnya..hehe

    keren juga dp pengantar, belajar dari sejarah. sehingga kasus buni yani jadi terlihat lucu dan aneh :)

    ReplyDelete