Minggu, 27 April 2014

Biarkan Dia Merokok

Akhir-akhir ini jika diperhatikan ada satu hal yang berbeda dengan apa yang kita lihat di TV. Apa yang ditayangkan di TV kebanyakan merupakan satu hal yang tidak dapat diterima oleh pikiran kita. Hal tersebut tidak dapat diterima bukan karena tidak mungkin, buktinya banyak kejadian tidak mungkin yang nyatanya malah bisa diterima oleh orang-orang tua yang seharusnya sudah bisa berpikir rasional. Misalnya saja adegan berbicara dalam hati antara dua tokoh dalam satu sinetron.


Adegan berbicara dalam hati memang merupakan salah satu adegan paling aneh dan paling sulit diterima secara rasional. Hal itu terjadi karena hampir tidak ada orang yang pernah berkomunikasi dalam hati dengan orang lain. Kecuali bibir mereka saling terkunci, tetapi mulut mereka terus mengetik SMS. Eh ada ya kalo gitu yang berbicara dalam hati.


Nah kembali ke soal adegan yang saya bingungkan tersebut. Gak usah masuk ke soal sinetron deh. Salah satu adegan yang paling membingungkan bagi saya adalah adegan orang merokok. Iya adegan orang merokok. Sekarang di TV selalu gambar orang menghisap rokok diblur mungkin karena bahayanya rokok sehingga adegan tersebut tidak layak untuk ditayangkan.
Sensor

Masih belum ngerasa aneh? Oke saya jelaskan. Pertama, kenapa dia harus di blur? Bukankah efek penasarannya lebih tinggi. Contohnya seperti ini. Misalnya saja seperti ini. Ada yang pernah dengar jika setan ada setiap hari? Dia terus menggoda manusia siang dan malam. Makannya bisa jadi pas kamu baca ini barangkali dia lagi senyum-senyum merhatiin kamu. Jangan lihat apa yang ada di pojok, bisa jadi dia disitu. Jangan pernah coba-coba buat lihat yang ada di pojokan itu makhluk apa. Jangan pernah.
JANGAN NOLEH
Nah, ada berapa orang yang boleh kebelakang dan yang tidak menoleh? Secara psikologis orang pada umumnya akan menoleh kebelakang karena penasaran dengan kata “jangan”. Sama seperti di iklan rokok, kenapa dia harus di blur jika dia malah semakin membuat orang penasaran? Lebih parahnya lagi dia di blur hanya saat dia menghisap rokok, ketika dia mau membuang asap maka blurnya dihilangkan. Ya buat apa di blur jika ujung-ujungnya orang juga tahu kalo itu rokok. Kebijakan sensor yang aneh.


Jujur pertama kali pas nonton adegan itu saya sudah tahu kalo itu rokok. Yah sejak kecil saya nonton TV yang rokoknya gak disensor. Karena sejak kecil udah nonton itu jadi saya tahu itu adalah orang merokok meskipun dia di blur. Satu hal yang saya pikirkan di adegan orang merokok yang di blur adalah merokok dengan cara yang ekstrim. Pikiran saya waktu itu dia ngerokok, baranya yang dihisap.


Adegan itu semakin menekankan jika rokok sepertinya sangat berbahaya. Entah apa motivasinya hingga adegan orang merokok harus di sensor. Apakah itu terlalu bahaya untuk konsumsi anak dibawah umur? Bukannya dengan disensornya adegan itu malah akan membuat seorang anak akan penasaran seperti halnya menoleh kebelakang tadi?


Saya tekankan disini jika saya tidak perokok. Bahkan dimasa saya masih anak-anak, adega merokok dipertontonkan secara jelas di TV. Di serial kartun kapten tsubasa bahkan ada seorang pelatih yang merokok. Tanpa disensor. Apakah itu membuat semua anak penggemar kapten tsubasa merokok? Tidak.

Setiap anak terlahir dalam keadaan yang benar-benar bersih. Putih. Tanpa coretan. Jadi seperti apa anak itu nanti tergantung bagaimana coretan yang tertulis dipikirannya. Apakah dengan memblur adegan merokok tergolong suatu hal yang efektif? Sebuah blur yang memberikan efek penasaran serta tidak menjelaskan apapun.


Okelah kita bisa mengatakan jika efek rokok memanglah sangat buruk. Jangankan anak-anak. orang dewasa bahkan bisa menerima efek yang sangat buruk tersebut.


Ada yang pernah bilang “merokok dan tidak merokok sama-sama juga akan mati”. Ya itu benar, tapi terserah sih kalo kamu pengennya mati setelah di opname berbulan-bulan di rumah sakit. Silahkan, itu pilihan hidup. Atau kalo mau berpikir beda kan mau minum sama gak minum obat nyamuk ujung-ujungnya tetap mati, lah kenapa kamu gak coba minum obat nyamuk?


Jadi bagaimana seharusnya untuk melindungi anak-anak dari rokok? Bukannya sejauh ini media melakukan semuanya untuk membuat anak-anak jauh dari rokok. Ada adegan di blur, iklan rokok yang harus diatas jam sepuluh malam dan tidak menunjukkan gambar orang merokok, atau bahkan baliho-baliho dengan tulisan merokok membunuhmu yang terpampang begitu banyak di jalanan seperti sekarang. Bahkan saya merasa lebih takut ketika melihat wajah gambar itu dibanding sosok di pojok yang lagi merhatiin orang yang baca tulisan ini.
Merokok Membunuhmu

Bagaimana jika kita tutup saja pabriknya? Jika tidak ada rokok maka tidak akan ada lagi orang merokok. Benar sekali. Itu kemungkinan besar akan mampu menyelamatkan anak-anak dari bahaya merokok. Juga akan mengorbankan jutaan pekerja yang menggantungkan hidup mereka di sebatang rokok. Petani tembakau, pelinting rokok, hingga para SPG yang mencari uang dengan cara menjual rokok. Silahkan pabrik ditutup jika rasa kemanusiaan itu benar-benar hilang dalam diri kita.


Tadi saya sudah paparkan efek buruk rokok dan apa salahnya jika kita menutupnya? Tapi jika itu terjadi apa kabar dengan para pekerja yang menggantungkan hidupnya pada rokok. Ini artinya tidak ada lagi mbak-mbak SPG cantik dan gigih yang akan nawarin rokok ke saya meskipun saya gak ngerokok. Saya juga tidak suka kupang lontong, tapi ibu-ibu penjual tidak pernah segigih para SPG dalam menawarkan produknya.
Alasan Kenapa Rokok Harus Dilestarikan

Saya diatas sudah menjelaskan apa kebaikan dan keburukan dari rokok. Berdasarkan pemahaman yang saya miliki maka saya memilih untuk tidak merokok. Meskipun begitu saya bukanlah orang yang menyuruh orang agar tidak merokok. Saya membebaskan mereka merokok asalkan mereka juga mengkondisikan asapnya. Jadi terserah saja jika mau merokok atau tidak.


Berarti saya tidak peduli dengan anak-anak? Dalam hal ini mereka memang harus dilindungi dan saya setuju soal itu. Tapi apakah dengan memblur adegan merokok adalah sebuah solusi? Bukankah efeknya malah seperti dia yang di pojokan sana?
JANGAN NOLEH BELAKANG

Bagi saya, entah kamu setuju atau tidak. Salah satu hal yang bisa kita lakukan terhadap anak yaitu memberikan pendidikan yang memadai kepada anak-anak. Berikan dia secara rinci kenapa rokok itu berbahaya dan kenapa rokok masih terus diproduksi. Pendidikan yang baik bisa memiliki efek yang sangat tinggi meskipun mungkin tidak berhasil sepenuhnya.


Bagaimana jika sudah diberi pendidikan tapi anak-anak tersebut tetap merokok? Pertanyaan yang bagus. Tapi kita harus punya patokan jelas dulu jika anak-anak itu berada di usia berapa. Jika sebelum usia 17 tahun maka kita bisa melakukan intervensi kepada anak melalui para psikolog-psikolog yang ada. Ehem promo.


Jika mereka telah berada di usia 17 tahun, tahu apa dampak rokok dan tetap merokok bagaimana? Ya biarkan saja, asalkan asapnya tidak mengganggu orang lain.


Lagipula ketika sudah mendapat pendidikan memadai maka seseorang tahu apa efek positif dan negatifnya. Selanjutnya terserah mereka mau memilih untuk tetap melakukannya atau tidak. Mereka sudah besar, bisa menentukan jalannya sendiri. Jadi, biarkan dia merokok.

Share:

24 komentar:

  1. kampret.. fotonya ngagetin anjing! :D Hahaha

    BalasHapus
  2. fotonyaa meenn ituuu.. T^T
    tapi bener jugaa, yang dilarang malah jadi dilakuin ya! nice post :)

    BalasHapus
  3. wah keren nih. kalau dari efek psikologi emang bener sih . reverse psikology. kita melakukan hal kebalikan dari apa yang dikatakan terhadap kita.
    gua gak masalah juga sih sama perokok, selama dia gak ngerokok di sebelah gua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya itu, pernah dijarin dikampus cuma lupa namanya apa :D

      Hapus
  4. gua juga bingung apa yang ngebuat orang jadi ngerokok, mending gua beli chiki daripada beli 1 batang rokok :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Soal selera aja sih, kalo saya sih milihnya marrtabak telor ketimbang rokok :)

      Hapus
  5. setuju. kalo dia udah gede udah tau baik buruknya, pasti pilih nggak ngrokok. kecuali ada faktor lain yang ngebuat dia jadi perokok.
    setuju juga tuh sama bang zega. selama dia gak ngrokok di sebelah gue, gue sih no prob :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya pendidikan sejak dini aja sih.

      Kalo saya sih dia gak apa2 ngerokok disebelah, asalkan ya asapnya ditelan sendiri sih :)

      Hapus
    2. nah iya, sepakat nih sama ini. Biar perokok itu aja yang nikmatin rokok beserta asap-asapnya, gak perlu ngebagi ke orang disebelahnya :))

      Hapus
  6. Haha reverse psychology, ya. Sama yang Jupe lakuin dengan bagi-bagi kondom buat aksi anti HIV, tapi malah fail. Hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaa, kayaknya orang-orang kebanyakan pahamnya kondom itu dipake buat gak hamil aja, bukan karena pencegahan penyakit. Kayaknya sih begitu. :)

      Hapus
  7. "Biarkan dia merokok". YOSH!! gut post :)

    eh!!
    kebetulan pas baca artikel ini, adik gua lagi di samping gua nih. Nah, pas gua baca rada keras keterangan gambar ghaib terkampret tadi, eh.. adik gua marah-marah...

    BalasHapus
  8. pemerintah ngebiarin jualan rokok tapi, pemerintah juga buat peringatan: rokok membunuhmu!. jadi pemerintah itu pengen lu mati. hahaha *buatperokok*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semakin sedikit rakyat jadi bisa semakin mensejahterakan rakyat dengan potensi yang ada :D

      Hapus
  9. Ah yg ngeruk untung mah cuma pengusaha kapitalisnya aja, para petani tembakau, pelinting rokok, hingga para SPG yang mencari uang dengan cara menjual rokok mah cuma dapat recehnya doang. Emang susah kalau urusan uang dan kekuasaan mah.

    Untuk perilaku merokok sih, tenaga kesehatan yg udah paham sampe patofisiologi jika ngerokok bakal nimbulin berbagai penyakit, banyak juga dari mereka ini tetep ngerokok.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah emang sistem ekonomi kita cenderung kapitalis efeknya ya gitu.

      Hapus
  10. itu foto SPG semakin menyadarkan gue, kenapa rokok itu susah dihilangkan. kalo yg ngejualnya cewek yg notabene selalu benar.
    yang pusing dengan rokok ini ga cuma kita, pemerintah pusingnya juga bukan main, ekspor yang besar salah satunya itu rokok, pemasukan kas negara juga salah satunya dari rokok. Tau program Beasiswa Djarum? itu di kegiatannya ga ada sama sekali menyinggung hal perokokan, tapi semua penerima beasiswanya ga ada yg berani lagi untuk menentang rokok. (efek balas budi) halus sekali kan triknya. setuju aja deh, kita kenalkan kepada mereka tentang efek buruk ngerokok, mau mereka lakukan atau jauhi, itu keputusan mereka. tapi ingat, orang tua yg bertanggung jawab tidak akan membiarkan mereka merokok, meski seorang ayah yg perokok sekalipun.
    semoga pendidikan dalam keluarga semakin gencar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, semoga pendidikan dalam keluarga berjalan baik tidak hanya dari segi rokok tapi semuanya

      Hapus