Interview kerja merupakan salah satu yang hampir jadi
persyaratan untuk bisa diterima kerja di suatu instansi. Prosesnya sangatlah
sederhana, si pelamar hanya perlu menyiapkan diri sebaik mungkin dan bersikap
tenang serta tampil apa adanya buat bisa ngeyakinin si pihak istansi biar
terima dia kerja. Sederhanya interview jenis ini agak lebih mudah karena gak
bakal nemu pertanyaan kenapa kamu berani mau nikahin anak saya.
Berani? |
Saya secara pribadi sudah mengikuti interview sebagai
pencari kerja sebanyak satu kali. Iya, baru satu kali. Skill saya dalam
menghadapi interview kerja semacam itu memang masih sangat cetek dan sepertinya
belum bisa dibanggakan. Ibaratnya kalo pilot mah saya baru bisa jadi co-pilot,
belum punya kemampuan lebih buat jadi pilot.
Akan tetapi diluar itu, saya sudah pernah melakukan
interview kerja sebagai pemberi pekerjaan mungki beratus kali. Iya, kerjaan saya mengharuskan saya
untuk menjadi tim seleksi yang wajib untuk melakukan interview dan tes agar
seseorang bisa bekerja di perusahaan kami. Dalam kasus ini saya mungkin sudah
bisa dianggap sebagai pilot, pilot kontet.
Berdasarkan pengalaman saya sebagai interviewee (sebutan
bagi mereka yang melakukan interview) maka ada beberapa tipikal orang yang
pernah saya hadapi. Ada yang serius dan bagus, ada yang cenderung santai hingga terkesan main-main,
ada yang malah curhat masalah pribadi, sampe ada seongook manusia yang suka
untuk bercerita seakan-akan ada yang didalam diri mereka semua baik (baca:
pencitraan).
Pencitraan |
Jenis pertama ada orang yang memang bagus. Peserta seperti
ini biasanya adalah mereka yang cenderung jujur dan menceritakan tentang diri
mereka apa adanya, tanpa melebih-lebihkan sesuatu. Biasanya mereka adalah orang
yang sudah memiliki pengalaman, atau
jika tidak mereka orang yang sangat yakin akan kompetensi mereka miliki. Sederhananya,
mereka sangat jarang ada nulis gelar akademik di belakang nama.
Tipe kedua adalah orang yang santai. Menghadapi tipe ini
memang harus banyak sabar. Entah karena memang pembawaan mereka yang seperti
itu atau memang menganggap remeh si interviewee karena mengira interview
hanyalah tes yag bersifat formalitas. Saya
pribadi kalo ketemu orang-orang ini sangat berhati-hati buat peentuan kelulusan.
Semua bisa berjalan sesuai feeling sih.
Ketiga adalah mereka yang suka curhat. Pada tipe seperti ini
saya mau tidak mau harus bertindak sebagai pendengar yang baik. Para peserta
seperti ini awalnya memang bukan beriat cerita, tapi dengan sedkit pertanyaan
dan cara mendengarkan yang baik saya bisa mendapatkan informasi yang sangat
detail. Bahkan pernah satu kejadian saya harus dengerin curhat dari seorang
perempuan yang baru diputusin pacarnya malam sebelum interview. Kunci menghadapi
orang seperti ini adalah bersabar.
Tipe terakhir yang saya temui dan sekaligus merupakan tipe
yang paling bangke adalah mereka yang terlihat seakan-akan baik. Pada tipe ini
kita akan digiring ke cerita mereka yang memiliki kemampuan membahasakan dengan
sangat baik. Saya pernah ketipu dengan orang seperti ini. Ada yang diawal punya
attitude bagus api kelamaan keliatan aslinya. Ada yang bilang siap ditempatkan
dimana saja tapi ya ujung-ujungnya pas udah mau tanda tangan kontrak baru ngaku
kalo gak siap. Beberapa berdalih faktor ekonomi yang masih bisa diterima, tapi
kadang beberapa lain bilang karena jaraknya terlalu jauh. Lah kan pernah bilang
siap dimana aja, bro.
Cara menghadapi tipe terakhir merupakan yang paling sulit
bagi saya. Saya harus bersabar, menganalisis gerak-geriknya, perhatikan cara
dia bercerita, melakukan pertanyaan konfirmasi lagi. Emang sih agak ribet di
awal tapi kan seiring berjalan waktu saya seakan-akan sudah punya sense
tersendiri buat ngenalin orang yang kayak gini. Meskipun ya tidak bisa
dipungkiri kadang orang ini jadi favorit karena cara presentasi diri yang baik.
Tapi ya begitu, hal yang di favoritkan belum tentu adalah hal yang terbaik.
Iya hal yang favorit belum tentu jadi yang terbaik. Saya pernah bilang ini ke teman
saya sebut saja namanya Icha. Ceritanya si Icha punya mantan nama Veer yang
ngajak balikan. Nah si Icha ini nanya pendapat saya. Pas saya nanya ke Icha
gimana menurutnya, si Icha ngomong kalo Veer
emang ada kesalahan yang bikin hubungan mereka putus. Tapi yam au gimana,
namanya udah jadi lelaki favorit masa ditolak. Sampai disini tugas saya sebagai
teman yang mengharapkan mereka tidak balikan sudah selesai.
Icha dan Veer |
Seminggu kemudian Icha bbm saya dan bilang dia putus lagi
sama Veer. Kemudian tawa penuh kemenangan membahana dalam diri saya. Tawa yang
seakan-akan diiringi sama We Are The Championsnya Queen. Puas.
Bahagia |
Dari semua yang saya tulis diatas saya bisa ngambil
kesimpulan kalo setiap orang datang ikut interview punya karakter yang beda.
Semakin banyak melakukan interview, semakin banyak pengalaman, semakin peka
pula terhadap karakter orang yang akan diinterview. Intinya ya satu, jangan
cepat percaya. BIsa jadi ada yang pencitraan seperti yang dijelaskan diatas.
Nb: Sumber asli gambar dapat dilihat dengan mengklik tulisan di bawah gambar.
Tapi ya begitu, hal yang di favoritkan belum tentu adalah hal yang terbaik'
BalasHapusyang paling aku garis besari... kata kata itu kak. jaman sekarang emang jamaya pencitraan apalagi di sosmed
Itu sebenarnya curhat sih
Hapus