Minggu, 10 April 2016

Waspadai Interview Kerja

Interview kerja merupakan salah satu yang hampir jadi persyaratan untuk bisa diterima kerja di suatu instansi. Prosesnya sangatlah sederhana, si pelamar hanya perlu menyiapkan diri sebaik mungkin dan bersikap tenang serta tampil apa adanya buat bisa ngeyakinin si pihak istansi biar terima dia kerja. Sederhanya interview jenis ini agak lebih mudah karena gak bakal nemu pertanyaan kenapa kamu berani mau nikahin anak saya.

Berani?
Saya secara pribadi sudah mengikuti interview sebagai pencari kerja sebanyak satu kali. Iya, baru satu kali. Skill saya dalam menghadapi interview kerja semacam itu memang masih sangat cetek dan sepertinya belum bisa dibanggakan. Ibaratnya kalo pilot mah saya baru bisa jadi co-pilot, belum punya kemampuan lebih buat jadi pilot.

Akan tetapi diluar itu, saya sudah pernah melakukan interview kerja sebagai pemberi pekerjaan mungki beratus kali. Iya, kerjaan saya mengharuskan saya untuk menjadi tim seleksi yang wajib untuk melakukan interview dan tes agar seseorang bisa bekerja di perusahaan kami. Dalam kasus ini saya mungkin sudah bisa dianggap sebagai pilot, pilot kontet.

Berdasarkan pengalaman saya sebagai interviewee (sebutan bagi mereka yang melakukan interview) maka ada beberapa tipikal orang yang pernah saya hadapi. Ada yang serius dan bagus, ada yang  cenderung santai hingga terkesan main-main, ada yang malah curhat masalah pribadi, sampe ada seongook manusia yang suka untuk bercerita seakan-akan ada yang didalam diri mereka semua baik (baca: pencitraan). 
Pencitraan
Jenis pertama ada orang yang memang bagus. Peserta seperti ini biasanya adalah mereka yang cenderung jujur dan menceritakan tentang diri mereka apa adanya, tanpa melebih-lebihkan sesuatu. Biasanya mereka adalah orang yang  sudah memiliki pengalaman, atau jika tidak mereka orang yang sangat yakin akan kompetensi mereka miliki. Sederhananya, mereka sangat jarang ada nulis gelar akademik di belakang nama.

Tipe kedua adalah orang yang santai. Menghadapi tipe ini memang harus banyak sabar. Entah karena memang pembawaan mereka yang seperti itu atau memang menganggap remeh si interviewee karena mengira interview hanyalah tes yag bersifat formalitas.  Saya pribadi kalo ketemu orang-orang ini sangat berhati-hati buat peentuan kelulusan. Semua bisa berjalan sesuai feeling sih.

Ketiga adalah mereka yang suka curhat. Pada tipe seperti ini saya mau tidak mau harus bertindak sebagai pendengar yang baik. Para peserta seperti ini awalnya memang bukan beriat cerita, tapi dengan sedkit pertanyaan dan cara mendengarkan yang baik saya bisa mendapatkan informasi yang sangat detail. Bahkan pernah satu kejadian saya harus dengerin curhat dari seorang perempuan yang baru diputusin pacarnya malam sebelum interview. Kunci menghadapi orang seperti ini adalah bersabar.

Tipe terakhir yang saya temui dan sekaligus merupakan tipe yang paling bangke adalah mereka yang terlihat seakan-akan baik. Pada tipe ini kita akan digiring ke cerita mereka yang memiliki kemampuan membahasakan dengan sangat baik. Saya pernah ketipu dengan orang seperti ini. Ada yang diawal punya attitude bagus api kelamaan keliatan aslinya. Ada yang bilang siap ditempatkan dimana saja tapi ya ujung-ujungnya pas udah mau tanda tangan kontrak baru ngaku kalo gak siap. Beberapa berdalih faktor ekonomi yang masih bisa diterima, tapi kadang beberapa lain bilang karena jaraknya terlalu jauh. Lah kan pernah bilang siap dimana aja, bro.

Cara menghadapi tipe terakhir merupakan yang paling sulit bagi saya. Saya harus bersabar, menganalisis gerak-geriknya, perhatikan cara dia bercerita, melakukan pertanyaan konfirmasi lagi. Emang sih agak ribet di awal tapi kan seiring berjalan waktu saya seakan-akan sudah punya sense tersendiri buat ngenalin orang yang kayak gini. Meskipun ya tidak bisa dipungkiri kadang orang ini jadi favorit karena cara presentasi diri yang baik. Tapi ya begitu, hal yang di favoritkan belum tentu adalah hal yang terbaik.

Iya hal yang favorit belum tentu jadi  yang terbaik. Saya pernah bilang ini ke teman saya sebut saja namanya Icha. Ceritanya si Icha punya mantan nama Veer yang ngajak balikan. Nah si Icha ini nanya pendapat saya. Pas saya nanya ke Icha gimana menurutnya, si Icha ngomong kalo Veer  emang ada kesalahan yang bikin hubungan mereka putus. Tapi yam au gimana, namanya udah jadi lelaki favorit masa ditolak. Sampai disini tugas saya sebagai teman yang mengharapkan mereka tidak balikan sudah selesai.
Icha dan Veer
Seminggu kemudian Icha bbm saya dan bilang dia putus lagi sama Veer. Kemudian tawa penuh kemenangan membahana dalam diri saya. Tawa yang seakan-akan diiringi sama We Are The Championsnya Queen. Puas.
Bahagia
Dari semua yang saya tulis diatas saya bisa ngambil kesimpulan kalo setiap orang datang ikut interview punya karakter yang beda. Semakin banyak melakukan interview, semakin banyak pengalaman, semakin peka pula terhadap karakter orang yang akan diinterview. Intinya ya satu, jangan cepat percaya. BIsa jadi ada yang pencitraan seperti  yang dijelaskan diatas.



Nb: Sumber asli gambar dapat dilihat dengan mengklik tulisan di bawah gambar.
Share:

2 komentar:

  1. Tapi ya begitu, hal yang di favoritkan belum tentu adalah hal yang terbaik'
    yang paling aku garis besari... kata kata itu kak. jaman sekarang emang jamaya pencitraan apalagi di sosmed

    BalasHapus