Selasa, 04 Juni 2013

HPMIG Masuk TV, Untuk Indonesia

     Selasa kali ini ada yang beda pada draft kegiatan saya, hari ini ada acara spesial dengan anak-anak HPMIG Malang yaitu off air talkshow kebudayaan di Dharma TV, gak tau Dharma TV? yaudah -_- Jadinya hari ini kita akan masuk TV, ya saya akan masuk TV, lebih tepatnya lagi sebagai orang yang berperan aktif menjadi penonton, yang paling belakang. *senyum2 bego*.

     Acara tentang HPMIG yang bakalan masuk tipi ini sudah kami bicarakan dengan pihak Dharma TV sebelumnya pada hari Jumat. Ya kami, saya,  Dedy, Fikri, dan Ridho. Hasilnya hari selasa nanti kami akan off air bersama dengan anak-anak Malinau. Pada gak tahu ya? Itu salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Utara yang baru dimekarkan. Bener kan? Ternyata saya sudah mulai lumayan pintar. Oke skip soal pembicaraan itu, bukan karena tidak penting tapi karena daya ingat saya yang sudah tidak mampu ingat-ingat lagi pembicaraan pada waktu itu. Yang saya ingat hanyalah ketika salah satu teman saya dapat salam dari mas-mas maho yang tadi ketemu sama kita, ya cuma itu.
     
     Oke sekarang langsung ke hari selasa. Acara hari ini akan ada dua organisasi daerah yang bakalan off air. HPMIG akan mulai duluan dan yang kedua dari Malinau. Acara ini dibawakan oleh Ki Djati Kusumo, seorang yang bagi saya punya pemikiran yang jenius jika dilihat dari caranya menganalogikan sesuatu. Ya saya tau itu, meskipun saya duduk di paling belakang. Pembicaranya yaitu Rahmat Afandi selaku sekretaris umum HPMIG cabang Malang, dan Jakir. Acara HPMIG sendiri di mulai dengan salah satu tarian yang bernama tari Saronde, ya tari Saronde Modern. Setelah itu ki Djati mulai menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan Gorontalo. Ada satu pernyataan dari mas Rahmat Afandi yang sangat menyentuh yaitu "kalian silahkan merantau dan mencari ilmu yang sebanyak-banyaknya, tapi jangan lupa ketika kalian sukses kalian harus kembali ke daerah untuk membangun daerah yang sedang berkembang di bagian utara sulawesi tersebut. Yang saya sukai dari Talkshow ini karena Ki Djati tidak menyimpulkan pembicaraannya, dia hanya menganalogikan dan membiarkan kita sendiri yang menyimpulkannya. Saya serius mencoba menarik kesimpulan meskipun saya tidak benar-benar tahu bagian mana dari kesimpulan yang harus saya tarik. Sebenarnya pada sesi ini saya duduk di paling belakang sambil makan keripik yang diberikan sama anak Malinau, keripiknya manis, semanis orang yang ngasih keripik, *eh.
     
     Setelah acara dari HPMIG ada acara dari Malinau, atau yang nama ordanya FK M3. Organisasi ini masih bisa terbilang cukup baru, kalo saya tidak salah ingat organisasi ini dibentuk baru tanggal 9 mei 2013. Ini kalo manusia masih bayi, buat tengkurap pun kayaknya belum bisa. Belum lagi kalo lahirnya sesar. Ini kenapa malah jadi ngomongin bayi? Di acaranya Malinau ini saya berada lebih di depan dari sebelumnya. Saya duduk bersama ketua HPMIG cabang Malang yang sebut saja namanya Jefri. Kali ini saya lebih terlibat dalam membuat acara menjadi kacau sukses. Saya bersama pak ketua jadi orang yang paling sering tepuk tangan selama acara berlangsung, dan paling spesial kita sukses membuat salah satu penyanyi dari Malinau malu. Pembicaranya kali ini ada seorang mas-mas yang katanya ketua dari organisasi Malinau dan salah satu cewek yang saya gak tau katanya dia dibagian apa pada organisasi itu. Acaranya dimulai dengan tari yang katanya tari perang. Tarinya ada 1 cewek yang diperebutin sama 2 cowok, ceritanya sih gitu. Tapi kan kalo dilihat-lihat kenapa mereka harus rebutan? padahal kan banyak juga cewek-cewek cantik yang nyanyi selain dari mbak-mbak yang jadi penari itu *dipukulin penari cowok*. Pada sesi ini Jefri yang katanya ketua HPMIG memberikan saran kepada Malinau tentang bagaimana menjaga nasionalis di daerah perbatasan seperti Malinau. Katanya pak Jefri, kita harus memberikan akses yang mudah bagi warga di daerah perbatasan agar mereka merasa jika mereka adalah salah satu bagian dari Indonesia supaya mereka akan tetap mencintai Indonesia dibanding negara tetangga. Sarannya memang cerdas, ya maklumlah dia sudah sarjana selama 3 hari

Kak Jefri, akhirnya wisuda
     Akhir acara kita semua berfoto bersama antara HPMIG dan FKM3. Kami memang hanyalah bagian kecil dari Indonesia yang kebetulan bertemu di kota ini. Semoga saja kedepannya bisa lebih baik.

Pesan Singkat:
1. Dunia sudah sangat maju dan itu membuat tidak ada yang tidak mungkin, bahkan untuk mas-mas yang ngirim salam kepada teman saya.
2. Kita bisa saja menuntut ilmu sejauh mungkin, tapi kita harus pulang untuk membangun daerah kita sendiri agar lebih maju, apalagi kalo pulang buat bangun daerahnya sama mbak-mbak yang ngasih keripik.
3. Jangan lihat buku hanya dari covernya, buktinya Jefri adalah jenius yang tersembunyi dibalik penampilannya yang sebenarnya sangat kurang meyakinkan. Selain itu ini juga membuktikan jika tak ada yang abadi, bahkan untuk gelar sebagai mahasiswa abadi.
Share:

1 komentar: