Hari ini kamis dan itu artinya jika aku harus segera ke kampus untuk menyelesaikan semua masalah dengan kampus pada hari ini. Kemarin seperti yang diceritakan di http://ekaapristian.blogspot.com/2012/02/perjuangan-krs-bagian-satu_24.html bahwa hari ini aku harus datang ke kampus tepat setengah 9 pagi sesuai dengan janji yang telah disepakati kemarin.
Sepertinya semua akan berjalan sesuai rencana sebelum akhirnya satu kenyataan bahwa jalanan di depan kos ditutup dan aku harus memutar melalui jalan yang lebih jauh dan akhirnya tiba di kampus tepat setengah sembilan pagi. Di kampus tidak banyak berbeda dari yang kemarin. Masih ada Fhat, Hendra, Iin, dan Reddiy. Ya hari ini memang tanpa Bayu yang entah kemana, tapi semoga saja apapun yang terjadi pada dirinya keluarga bisa tabah menerimanya dan kami selalu mendoakannya disini. *hening*
Kembali ke rencana untuk mengurus KRS. Sebelumnnya Fhat memang sempat ditelepon ibu PA untuk segera menemuinya di ruangan. Menyadari kita memanglah telat hari ini, kita segera berlari menuju ruangan dari PA kita. Berlari dengan penuh semangat layaknya semangat seorang anak yang baru saja dibelikan sepeda oleh ayahnya. Semangat yang begitu sebelum masuk sms dari ibu PA yang berisi "saya sekarang lagi ada acara, balik lagi setengah satu". *mendadak galau*
Sms itupun begitu mematahkan semangat, terlihat raut wajah kekecewaan yang mendalam di wajah Fhat, Hendra, dan reddiy. Serta ekspresi yang seperti orang lapar yang ditunjukkan Iin, entah karena kecewa atau karena memang lapar dan capek setelah harus berlari naik dan menuruni tangga.
"Ya memang harus diakui kita yang salah. Kita terlambat 5 menit dari waktu yang ditetapkan, kita harusnya bisa mengambil hikmah dari kejadian ini." Fhat berkata dengan mencoba bijaksana layaknya seorang bapak yang memberikan saran kepada anaknya yang baru dibelikan sepeda tadi. Meskipun Fhat bukanlah orang yang tua kami, dan kami berempat juga bukan anaknya.
Sesaat aku mulai memikirkan lagu faforitku "we are the champions" yang dipopulerkan oleh Queen.
i've paid my dues
time after time
i've done my sentence
but commited no crime
and bad mistakes
i've made a few
and i've had my share of sand
kicked in my face
but i've come through
Ditengah rasa kecewa yang tengah memuncak kita berusaha mencari kesibukan agar waktu akan terasa lebih cepat. Dan akhirnya saran dari Reddiy dengan mengajak makan nasi kuning Banjar adalah pilihan kami. Ya Reddiy memanglah orang Banjar dan mungkin mengajak makan makanan khas Banjar adalah salah satu usahanya untuk mempromosikan Banjar kepada anak Gorontalo, Makassar, dan Pontianak.
Setelah menunggu beberapa saat, datang seporsi makanan. Secara tampilan memang tidak ada yang aneh dengan nasi kuning ini. Terlihat ada nasi yang berwarna kuning yang ditaburi sedikit mi dan sayuran, serta sepotong ayam goreng yang dilumuri sambal.
Ini adalah pertama kalinya aku makan nasi kuning Banjar dan melihatnya dengan penampilannya yang apik semakin membuat hasrat memakannya semakin menggebu. Suapan pertama masuk ke mulut, lidah mencoba merasakan bagaimana rasa dari nasi kuning itu. Nasi kuningnya terasa biasa saja. Begitu pula suapan kedua, mie dan sayuran yang juga terasa sama dengan yang lain. Kejanggalan baru terasa di suapan ketiga, ayamnya memanglah terasa biasa saja, tapi sambal yang melumuri ayamnya itu yang memang luar biasa aneh rasanya. Bahkan lidahku tak sanggup menerka rasa apakah itu. Sungguh ini adalah sambal teraneh yang pernah aku cicipi.
Satu demi satu suapan nasi kuning Banjar masuk kedalam mulut dengan susah payah. Melirik sedikit ke kanan ada Hendra dan Fhat yang begitu lahapnya makan nasi kuning itu. Terdengar juga perbincangan mereka layaknya seperti Juna dan Vindex di acara master chef. Fhat dan Hendra memanglah terlihat seperti koki profesional yang mengomentari makanan itu.
"Aku tak kuat lagi", kataku sambil sedikit mendorong piring tersebut sedikit agak kedepan. Fhat dan Hendra yang sangat lahap hanya tersenyum. Entah makanan itu memanglah sesuai selera mereka ataukah memang mereka tidak punya lidah sehingga bisa menghabiskan seporsi nasi kuning Banjar. Aku menoleh kebelakang, disitu juga terlihat Iin dan Reddiy yang juga tak sanggup menghabiskannya.
Setelah dari rumah makan itu proses mengulur waktupun kembali berlanjut. Mulai dari duduk di mesjid, duduk di lantai 3 setengah, dan sholat dzuhur.
Waktu memang berlalu dengan cepat, dan sekarang pukul 12.10 dan itu artinya 10 menit lagi kita harus bertemu dengan ibu PA kita. Segera kita menuju keruangannya. Di ruangannya kita juga bertemu dengan seorang mahasiswa yang juga mau bimbingan tesis dengan dosen itu. Dua puluh menit berlalu dan dosen belum datang juga. Sempat terlintas keinginan untuk mengirim sms ke dosen dengan isi "ibu telat, dan sekarang saya ada acara, jadi besok aja yah bu" tapi niat itu diurungkan karena aku tak punya pulsa saat itu.
Dua puluh menit berlalu dan dosennya akhirnya datang. Menandatangani surat dari kita semua dan kita langsung melanjutkan perjalanan ke ruang ict sebagai tahap terakhir dari semuanya. Karena sistem paket jadi kita tidak perlu lagi memilih mata kuliah buat KRSan. Kami hanya tinggal memberi KTM dan menanti hasil print KRSnya. Aku, Fhat, dan Reddiy akhirnya menyelesaikan semuanya.
we are the champions, my friends
and we'll keep on fighting till the end
we are the champions
we are the champion
no time for losers
cause we are the champions of the world
Tapi semua rasa kebahagiaan itu tiba-tiba sirna setelah Iin justru belum clear masalahnya. Ternyata masih ada urusan administrasi yang harus diselesaikannya. Iin terlihat begitu bingung dan panik.
i've taken my bows
and my curtain calls
you've brought me fame and fortune
and everything that goes with it
i thank you all
but it's been no bed of roses no leasure cruise
and i consider it a challebge before the whole human race
and i'd never lose
Iin mengajakku untuk menemaninya ke BAU, sebagai teman yang baik aku bersedia menemaninya dan mulai saat itulah penjajahan yang dilakukan Iin terjadi. Iin memang terlihat begitu panik, seperti layaknya banci yang dikejar oleh trantib. Ya aku menemani Iin untuk ke BAU, ke ATM, balik lagi ke BAU dan kembali lagi ke ICT.
Sepanjang perjalanan Iin bercerita banyak hal. Mulai dari keluarganya, kampung halamannya, dan masih banyak lagi. Bagi Iin itu adalah cerita yang mengiringi perjuangannya untuk mendapatkan KRS. Mungkin suatu saat nanti dia bisa bercerita kepada anak cucunya tentang bagaimana dia mendapatkan KRS untuk semester dua.
Dan akhirnya setelah beberapa kali bolak-balik akhirnya Iin mendapatkan juga KRS yang memang sangat diprjuangkannya. Terlihat senyum mengembang dari wajahnya, senyum yang terlihat seperti seorang pencuri jemuran yang melihat baju yang terpajang indah di tali jemuran. Sejenak Iin ngos-ngosan dan aku kembali membayangkan lagu untuk Iin lagi.
we are the champions, my friends
and we'll keep on fighting till the end
we are the champions
we are the champion
no time for losers
cause we are the champions of the world
Lirik lagu tadi untuk kemenangan Iin mendapatkan KRS, dan juga menjadi perayaan kebahagiaanku terlepas dari penjajahan Iin.
Ya, tepat saat ini berakhir sudah perjuangan yang melelahkan dan penuh kesabaran. Dan ayo bernyanyi sekali lagi atas kemenangan hari ini.
we are the champions, my friends
and we'll keep on fighting till the end
we are the champions
we are the champion
no time for losers
cause we are the champions of the world
Waaahhh ternyata punya bakat nulis juga .. Bagus eka ,, ternyata ini curhtan juga .. Kt jga isi KRS pnuh perjuangan mantengin laptop hampir 10 jam bru bsa isi ..
BalasHapusEh emng nasi kuning dsna tdk (˘ڡ˘) enaakk ??
Sama dong-_- .. Dsni jga tdak enakkk ..
ya dapat satu lembar KRS memang butuh perjuangan.
Hapusnasi kuning itu enak, tergantung selera. Sulit dibedakan mana yang namanya selera dan mana yang tidak punya lidah. hahahaha
weleh weleh, bener2 perjuangan ya KRS ini. tulisan yg bagus, tingkatkan. Hidup Mahasiswa (y)
BalasHapusapalgi klo sampai semester 8 capeknya g ketulungan....
BalasHapustpi smua itu butuh pengorbanan kawan. SMANGAT