Batas. Sebuah kata yang mungkin terdengar sederhana. Sederhana memang, bahkan hanya disusun dengan dua buah huruf vokal yang sama. Tapi kata batas memiliki makna yang panjang, jika kita sedikit lebih peka dengan kata ini.
Ketika menuliskan tulisan ini, saya baru saja menyelesaikan ujian akhir saya sebagai syarat akhir lulus dari almamater tercinta. Dua ribu sebelas ke dua ribu delapan belas. Tujuh tahun yang panjang. Tujuh tahun yang dimulai dengan malu untuk menyapa orang-orang, berteman dan menyapa, kemudian berakhir dengan keadaan hampir tak punya kenalan mahasiswa lain kecuali yang berumur dua puluh tiga tahun keatas dan para tentunya juga para dosen.
Ruang Kelas |
Tujuh tahun tentu sangat panjang. Saya memilih untuk membatasi masa perkuliahan saya di angka tersebut. Terkadang saya merasa jika kita perlu untuk membatasi hal-hal yang ada disekitar kita. Durasi pendidikan yang terlalu lama harus segera saya batasi, becandain orang juga harus kita batasi biar orangnya gak tersinggung, bahkan waktu tidur juga harus kita batasi.
Berdasarkan uraian diatas saya berkesimpulan jika seseorang butuh untuk membatasi diri.
Jika kita harus membatasi diri, lantas apa yang disebut melampaui batas?
Melampaui batas belumlah batas akhir yang sesungguhnya. Sebagai contoh, jika kita menempuh perjalanan darat dari Malang ke Jogja tentu kita akan melihat batas-batas kota yang kita lalui, batas kota bukan batas akhir. Setelah tiba di Jogja, apakah ini sudah merupakan sebuah batas akhir? Jawabannya belum, karena perjalanan masih bisa lebih panjang. Kita berhenti karena kita yang membatasi perjalanan sampai ke Jogja, adapun batas yang sebenarnya masih terlalu jauh untuk dilampaui.
Seperti halnya lama studi yang saya tempuh. Umumnya setiap perguruan tinggi menetapkan batas maksimal studi bagi mahasiswanya. Ini yang disebut dengan terbatas. Beberapa orang bahkan terbatas gerak-geriknya. Beberapa lelaki yang bermimpi mengubah dunia, tetapi dia bahkan tidak bisa merubah channel tv ketika si Istri tengah menonton sinema Indosiar. Ini bukan terbatas, ini suami takut istri.
Sinema Indosiar |
Demikian pembahasan batas-batas yang bahkan saya bingung harus membatasi tulisan ini sampai mana. Silahkan ditafsirkan sendiri, karena penafsiran orang berbeda-beda. Saya tidak ingin membatasi pemikiran pembaca, karena tentunya salah satu hal yang tidak bisa kita lampaui di dunia hanyalah datangnya kematian.
Terima kasih.
yap benar sekali
BalasHapus