Entah kenapa belakangan ini saya 
sangat malas untuk sekedar menulis tulisan baru di blog. Bisa dibilang 
saya sedang berada di titik jenuh dalam mengurus blog. Keputusan saya 
untuk punya blog hingga akhirnya beli domain sendiri seharusnya bisa 
membuat saya punya sedikit semangat untuk menulis lagi di blog ini. 
Kenyataannya, saya masih bisa dibilang sangat pemalas bahkan hanya untuk
 sekedar menulis satu post dalam setiap minggunya. Sebenarnya saya ingin
 sekali bertanggung jawab atas keputusan saya memiliki blog, tapi apa 
daya kadang tanpa disadari saya seakan-akan mulai mengabaikannya. Semua 
rencana ketika awal punya blog, semua resolusi 2015 sebagai blogger, 
semua mulai menghilang perlahan.
Pada
 kamis siang yang lalu, saat saya tengah menggenggam sebuah jambu sambil
 memandangi seorang laki-laki yang tengah asik merokok tepat disebelah 
seorang ibu-ibu yang terus batuk. entah kode karena terganggu asap atau 
dia memang sedang sakit. Tiba-tiba ada sebuah pertanyaan yang muncul 
dikepala saya. Jika kita mau mencari sebuah kesenangan, kenapa kita 
tidak mau bertanggung jawab atas kesusahan yang mungkin merupakan efek 
dari kesenangan itu?
| Jambu | 
Kemudian saya coba 
kembali mengingat-ingat lagi semua kenakalan yang saya lakukan dulu. 
Ingatan saya pun kembali ketika saya masih berada di kelas lima SD, 
tentang pencurian jambu di kantor diknas. Sore itu saya bersama teman 
saya sebut saja namanya Adi. Adi merupakan teman sekelas saya di 
sekolah. Jika sepulang sekolah kita menanyakan kepadanya mengenai 
rencana yang dilakukan setelah pulang sekolah maka jawaban yang akan 
dikeluarkan olehnya adalah mencuri jambu. Keahliannya dalam bidang 
mencuri jambu ini didukung oleh kemampuannya yang mampu menentukan jambu
 dengan kematangan sempurna hanya dengan melihatnya dari kejauhan.
Adi merupakan seorang expert
 dalam bidang mencuri jambu. Tercatat semua jambu di kompleks sekitaran 
rumah saya sudah pernah menjadi ladang pencuriannya. Tiada hari tanpa 
jambu. Saya curiga jangan-jangan pas dulu masih bayi saat anak-anak lain
 dikasih imunisasi berupa pentabio, maka Adi di imunisasi dengan menyuntikkan jus jambu ke dalam tubuhnya.
Pernah
 di suatu sore saya diajak oleh Adi untuk main ke kantor diknas dekat 
rumah saya. Bagi saya ini terlihat seperti kantor biasa saja, tapi 
mungkin bagi ini adalah surga. Iya, Adi memang sangat suka untuk bermain
 di kantor tersebut, bukan karena halamannya yang teduh buat main, tapi 
karena jambu dibelakang kantor yang selalu dipantau olehnya setiap saat.
 Karena hari sudah sore maka pagar kantor yang berbahan besi sudah 
ditutup oleh pihak kantor. Tapi bagi Adi dan saya pagar tersebut bukan 
halangan untuk masuk kedalam. Selalu ada jalan menuju roma, selalu ada 
pagar yang bisa dipanjat menuju jambu.
| Kami tidak mencuri, kami hanya membeli tanpa struk | 
Tak lama berselang 
kami sudah ada di posisi kami. Saya dari bawah sebagai tim pemantau 
untuk melihat jambu mana yang akan kami ambil, sementara Adi sudah siap 
diatas pohon untuk mengeksekusi perintah saya. Awalnya semua berjalan 
sesuai rencana, sebelum akhirnya ada seorang yang mungkin pegawai kantor
 keluar dari dalam dan mengejar kami berdua. Dengan kecepatan maksimal 
kami segera berlari. Saya yang memang tidak memanjat pohon berada di 
depan sementara Adi tertinggal di belakang saya. Sebuah pagar besi di 
depan saya terasa sangat pendek ketika dalam keadaan dikejar orang. 
Dalam hitungan detik saya sudah berhasil keluar dan memanjat pagar.
Tak
 lama setelah itu, terdengar bunyi pagar jatuh. Adi. Dia tanpa sengaja 
merobohkan pagar yang sebenarnya akan dipanjat. Pagarnya roboh begitu 
saja ketika dia sudah ada di puncak dari pagar. Tak peduli dengan 
kejadian itu, kami segera berlari meninggalkan buah demi buah jambu yang
 kami curi dengan susah payah. Hidup kadang tak berjalan sesuai dengan 
yang direncanakan.
Cerita
 itu kembali muncul dalam ingatan. Jika kami ingin mencapai manisnya 
jambu, lantas kenapa kami tak berani untuk mempertanggung jawabkan pagar
 yang kami robohkan?
Sekarang
 semua sudah mulai jelas dipikiran saya. Bayi-bayi yang diterlantarkan 
orang tua mereka, puntung demi puntung rokok yang terbakar di ruang 
publik, hingga jalanan trotoar yang telah jadi jalanan tambahan bagi 
pengendara sepeda motor. Kadang saya suka berpikir, apakah hak kita 
untuk menikmati hidup tak lagi dibatasi oleh hak-hak orang lain? Hak 
bayi untuk hidup dengan layak, hak warga untuk dapat menikmati udara 
segar di ruang publik, hingga hak-hak para pejalan kaki yang sudah mulai
 dirampas oleh sepeda motor.
| Trotoar | 
Semua memang memiliki haknya masing-masing. Kebebasan mungkin merupakan salah satu hak itu. Saya selalu ingat pesan ayah saya.
"Tidak ada kebebasan yang memang benar-benar menjanjikan kebebasan, kebebasan adalah sebuah hal yang baik apabila ada batasan, seperti semua kebebasan yang kita lakukan harusnya juga dibatasi oleh hak-hak dari orang lain"
Kemudian
 saya menyelesaikan gigitan terakhir dari jambu yang saya pegang. Semoga
 satu jambu yang barusan saya makan ini bukanlah hasil curian dua orang 
anak yang kepergok mencuri kemudian meninggalkan hasil curiannya, lalu 
jambu yang ditinggalkan ini diambil teman saya kemudian ditawarkan 
kepada saya. Saya berlalu meninggalkan tempat tersebut, bersama dengan 
suara batuk dari ibu-ibu tadi yang masih sangat jelas.
bagus ini filosofinya. kebebasan yang kita miliki memang gak boleh melanggar kebebasan orang lain juga. harus ada aturan. karena kebebasan tanpa aturan adalah kekacauan
BalasHapusWih setuju
Hapusini tulisan yang sangat bergizi.
BalasHapusBesok rencananya dijadiin jus ini
HapusKarena selalu ada aturan dan norma yang mengikat ya :D
BalasHapusYap, betul sekali :)
HapusTak ada jambu yang tak retak.
BalasHapusJambu retak? Hati yang retak sih ada *eh
Hapusartikel bagus nih.
BalasHapusMakasih ya
HapusKritis sekali pemikirannya. Aku ketawa waktu baca kalimat "Keahliannya dalam bidang mencuri jambu ini didukung oleh kemampuannya yang mampu menentukan jambu dengan kematangan sempurna hanya dengan melihatnya dari kejauhan."
BalasHapusItu bakat deh kayaknya hahaha.
Yup, Tuhan memberikan bakat besar kepadanya :)
HapusPandangannya keren. Yoho.
BalasHapusMakasih mas yg aneh :D
Hapushahaha, gokil nyolong jambu. kasihan banget tuh, udah jambu dicolong, pager dijatuhin.
BalasHapusyap... ini kan negri demokrasi. meskipun bebas, tapi ada takarannya,
gue sendiri benci sama para pengendara motor yang "memperkosa" hak para pejalan kaki dengan cara menaiki trotoar. seperti gambar itu..
Udah gitu jambunya gak berhasil dibawa pulang -_-
Hapus